Sumber foto : banjarnegara.pikiran-rakyat.com
Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) Ristadi mengatakan bahwa, modus PHK menjelang lebaran merupakan fenomena yang marak terjadi akhir-akhir ini. Hal ini juga dirasakan oleh para buruh pabrik di sektor industri tekstil. Pemutusan kerja secara massal menjelang lebaran dilakukan oleh perusahaan untuk menghindari pemberian Tunjangan Hari Raya (THR).
“Modus manajemen pengusaha memberhentikan atau PHK sebelum masuk waktu timbul hak THR, sebulan sebelum hari raya, itu sudah berlangsung sejak lama,” kata Ristadi kepada Bisnis, Senin (25/3/2024).
PHK besar-besaran juga dilakukan oleh pabrik rambut palsu milik PT Indokores Sahabat di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Ketua Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Kabupaten Purbalingga Mulyono sendiri sudah merasa muak dengan fenomena ini. Mulyono sudah berapa kali bersuara tentang hal ini, tetapi para perusahaan tetap mengabaikan dan mengulangi tindakan tersebut yang sangat merugikan para buruh.
“Ini tradisi yang ngga bener. Yang bisa memperbaiki kondisi ini ya bukan serikat pekerja, tetapi dari pemerintah,” kata dia saat dihubungi Kompas.com, Kamis (18/1/2024).
Setelah hari lebaran sudah lewat, pabrik-pabrik yang sebelumnya melakukan PHK massal itu kembali membuka lowongan kerjaan besar-besaran dan mulai menerima karyawan baru yang berasal dari pekerja kontrak sebelumnya atau pekerja baru.
Kementerian Ketenagakerjaan juga menunjukan sikap tegas terhadap perusahaan yang masih melakukan PHK buruh menjelang lebaran. Sikap tegas tersebut ialah perusahaan akan mendapatkan sanksi sesuai dengan amanat Peaturan Pemerintah (PP) No. 36/2021 tentang Pengupahan.
Sumber : ekonomi.bisnis.com, regional.kompas.com